.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

WAHYU DAN KERASULAN NABI MUHAMMAD SAW

nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW
     Masa kerasualan Nabi Muhammad SAW merupakan puncak kematangan hidupnya, sebab beliau menjadi “manusia pilihan” (al-musthafa). Beliau adalah sosok yang mendapatkan mandat dari Allah SWT untuk menerima wahyu Al-Qur’an, sebuah mukjizat luarbiasa karena hingga kini tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya. Menjelang usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW mempunyai kebiasaan menyendiri dan berdoa tiada henti (tahandust) di gua Hira. Tradisi ini sebenarnya  sebuah kebiasaan yang biasa di lakukan para pengikut hanifisme. Menurut Husei Haikal, pada saat itu, tradisi ini adalah sebuah pemandangan yang berkembang di Mekkah dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.
     Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang menjalani tradisi tersebut secara rutin. Beliau memilih jalan untuk membersihkan diri dari kecenderungan-kecenderungan duniawi yang mulai merebak di Mekkah pada saat itu, khususnya di kalangan Quraisy. Biasanya, beliau menjalani perenungan di Gua Hira pada bulan Ramadhan, sebagaimana orang-orang penganut hanifisme. Muhammad al-Ghazali menegaskan, sebagaimana orang Quraisy juga gemar melaksanakan perenungan di gue tersebut. Misalnya, Zayd bin ’Amr bin Nafil yang tercatat sebagai salah satu penganut hanifisme di Mekkah. Zayd juga mendeklarasikan kepada warga Mekkah mengenai keyakinannya secara terbuka walaupun ia sering mendapat penentangan.
Gua Hira
     Gua Hira dalah gua kecil yang terdapat di sebuah bukit atau gunung Nur, atau dikenal dengan jabal Nur, di timur-laut masjidil Haram. Adapula yang menyebutnya dengan jabal Hira. Tinggi bukit  tersebut sekitar 621 meter.Utuk sampai ke gua tersebut di butuhkanwaktu sekitar 1 jam, tergantung pada kekuatan fisik seseorang yang mendakinya. Panjang guanya sendiri sekitar 6 meter dan lebar sekitar 1,30 meter dan tinggi 2 meter.  Gua Hira memiliki sebuah pintu masuk yang sangat sempit, dan karena tidak terlalu luas,gua ini hanya bisa menampung 2 orang.
     Wahyu yang turun di Gua Hira semakin meneguhkan pentingnya monoteisme, ketauhidan. Pada hakikatnya, Islam sebagai Agama meyungsung peran tersebut sebagai kesinambungan dari ajaran yang di bawa oleh Nabi Ibrahim. Wahyu tersebut juga memedukan dimensi spiritualitas dengan rasionallitas karena menyinggung jalan menuju Tuhan dengan membaca. Pada awalnya, Mabi Muhammad SAW sangat terkejut  dengan perintah membca tersebut. Namun, setelah di Pandu Jibrli, Beliau pun memahami esesnsi pesan yang terkandung di dalamnya.
     Sejak saat itu, seluruh hidup Nabi Muhammad SAW berada di tangan Allah SWT. Seluruh tindakan-indakannya di pandu oleh wahyu yang di rekam oleh para sahabat, baik melalui hafalan maupun tulisan. Karena itu, tindak-tanduk Nabi Muhammad SAW selalu mengandng nlai agung. Siti Aisyah  menyebutkan, “tingkah-lakuny adalah Al-Qur’an.”
     Hal tersebut membuktikan bahwa wahyu membatin dalam diri Nabi Muhammad SAW serta menciptakan perubahan yang sangat mendasar dalam dirinya. Wahyu  juga membuatnya berbeda dari manusia-manusia lainnya. Beliau adalah menauhidkan Tuhan. Di dalam Al-Qur’an di sebutkan,
Dan, kami telah wahyukan kepadamu sebuah ruh atas perintah kami. Kamu tidak akan mengetahui bahwa apa itu kitab dan apa itu iman. Akan tetapi, kami telah menjadikan cahaya sebagai petunjuk embagi siapa pun yang di kehendaki dari hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kami akan memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Yaitu, jalan Tuhan yang memiliki segala hal yang berada di langit dan dimuka bumi..” (QS. Al-zukhuruf: 52-53)

sumber : antara makkah dan madinah

0 komentar:

Post a Comment