UMROH Pada zaman sekarang ini, keadaan di Masjid al-Haram, menopang kita secara lahir batin, untuk bisa meraih kenikmatan shalat, untuk merasakan shalat khusyuk. Menopang secara lahir, karena Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, sangat indah, megah, bersih, mengagumkan.
Dan pada kenyataannya, tempat kita melaksanakan shalat apakah di masjid atau di rumah kita, keadaan yang ada di tempat shalat tersebut, sangat mempengaruhi shalat kita menjadi khusyuk ataukah sebaliknya menjadi tidak khusyuk.
Hal semacam itu juga dituntun oleh Nabi Muhammad SAW, misalnya jika hendak shalat hindarilah benda-benda yang dapat menggangu ke khusyukan shalat, “Aisyah ra memiliki tirai bergambar yang dipasang pada sebuah bilik rumahnya, lalu Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Singkirkanlah tirai itu dariku, karena gambar-gambarnya selalu menggangu di dalam shalatku’. Maka Aisyah mencopot tirai tersebut kemudian dijadikan bantal..” (HR. Muslim).
Selain itu juga Nabi Muhammad SAW menuntun kita agar tidak menggunakan pakaian yang bergambar, yang gambar atau hiasannya dapat menggangu ke khusyukan shalat, Pada suatu ketika, Rasulullah shalat dengan menggunakan baju bergambar dan bergaris (yang di hadiahkan oleh Abu Jahm bin Hudzaifah), beliau sempat memperhatikan gambar pada baju tersebut. Setelah shalat beliaubersabda, “Bawalah (kembalikanlah) baju ini kepada Abu Jahm bin Hudzaifah, karena (gambar) baju ini yang menggangu di dalam shalatku, lalu bawalah untukku baju yang tidak bergaris dan tidak bergambar.,” (Hadist diriwayatkan dari Aisyah ra).
Ketika shalat di Masjidil al-Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinah, orang shalat tidak mengalami gangguan-gangguan lahir, yang bisa menggangu kekhusyukannya, sebab kedua masjid tersebut sangat indah, megeh, nyaman, menenangkan hati orang yang berada di dalamnya.
Kemudian, di Baitullah-Ka’bah atau Masjid al-Haram, ketenangan dan kedamaian hati kita di topang oleh keberkahan berlimpahyang diturunkan Allah SWT untuk orang-orang yang beribadah di tempat tersebut.
“Setiap hari, Allah menurunkan seratus dua puluh rahmat,untuk orang-orang yang berhaji di Rumah Suci-Nya (Baitullah). 60 rahmat bagi orang-orang yang thawaf, 40 rahmat bagi orang yang shalat, dan 20 rahmat bagi orang-orang yang memandangnya (Baitullah)..” (HR. Baihaqi dai Ibnu Abbas dengan sanad hasan).
Keadaan batin yang menopang kita menjadi khusyuk ketika shalat di Masjid al-Haram juga karena Ka’bah sebagai kiblat shalat begitu dekat dengan kita, atau bahkan berada persis di depan kita. Jika selama ini kita shalat di negeri tempat tinggal kita, jarak antara kita dengan Ka’bah atau Baitullah sedemikan jauhnya. Memang kita menghadap kiblat (Ka’bah). Tapi letak Ka’bah sangat jauh dari kita, sebab kita tinggal di negeri yang letaknya sangat jauh dari Mekkah.
Dan dikala kita melaksanakan umroh atau haji, kita bisa berada begitu dekat dengan Ka’bah. Kita bisa shalat mendekat ke Ka’bah. Atau shalat menghadap ke Ka’bah secara langsung. Keadaan tersebut membuat hati kita menjadi khusyuk ketika menunaikan shalat., apalagi ditambah alunan suara muadzdzin yang merdu dank has ketika mengumandangkan adzan, dan suara merdu imam, dan keindahan bacaan Al-Qurannya yang membuat hati tenang, damai, dan terasa sangat dekat dengan Allah SWT. Tidak jarang kita melihat orang yang shalat sambil berlinangan air mata. Subhaanallah.
Kalau kita bertanya kepada orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji atau umroh, yang telah melaksanakan shalat di Masjidil Haram Makkah dan Masjil Nabawi Madinah, pasti mereka akan mengatakan, bahwa bacaan Al-Qur’an, keindahan lagu dan merdunya suara imam di kedua Masjid tersebut, membuat mereka merasakan betapa nikmatnya shalat disana.
Di dekat Ka’bah (Baitullah) kita shalat menghada Ka’bah tersebut, akan tetapi hakikinya adalah kita menghadap Allah, Tuhan pemilik Ka’bah yang mulia,Tuhan pencipta langit dan bumi, Tuhan pencipta semua isi langit dan bumi, Tuhan pencipta manusia dan yang menganugerahi segala kebutuhan hidup manusia.
Allah Maha Besar. Aku menghadapkan lahir dan batinku kepada-Mu, wahai Allah, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Engkau-lah satu-satunya Tuhan. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Apapun kebaikan yang aku lakukan adalah untuk mencari keridhaan-Mu. Shalat yang aku tunaikan ini adalah untuk mencari ridha-Mu. Wahai Allah, semua ibadahku untuk-Mu. Hidup dan matiku juga untuk-Mu.
Wahai Allah, aku selalu mempermaklumkan kepadamu, bahwa aku selalu menyebut nama-Mu, setiap kali melakukan suatu kebaikan- Bismillahir rahmanir rahiem- Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Karena suatu urusan, yang paling kecil sekalipun, tidak akan terlaksanakan kecuali dengan pertolongan-Mu. Karena rahmat-Mu aku ada di dunia ini, dengan rahmat-Mu aku dapat menjalani kehidupan, dan dengan rahmat-Mu aku mengharapkan surga. Dan seterusnya.
Pertama-tama, jadilah Muslim yang senantiasa mendirikan shalat, yang tidak pernah meninggalkan shalat. Kemudian berupayalah memahami apa yang terkandung pada bacaan dan gerakan-gerakan shalat, hingga benar-benar kita bisa memahaminya.
Setelah itu, semua makna batin shalat itu kita jabarkan dalam langkah kehidupan kita sehari-hari, sehingga makna-makna tersebut menyatu dengan diri dan hidup kita. Akhirnya, kita akan mendapati bahwa semua yang kita jalani dalam hidup seperti shalat yang kita tunaikan, bahwa hidup ini laksana shalat. Ya, jika kita mampu menghayati shalat yang jadi kita akan sampai pada sebuah kesimpulan, hidup ini laksana shalat.
Allah Maha Besar, Dia-lah Tuhan yang menciptakan kita ada di dunia ini. Maka kita menjadikan-Nya sebagai Tuhan, mengimani dan beribadah kepada-Nya. Di dalam beribadah kepada Allah, kita harus mengiklaskan ibadah kita semata-mata untuk-Nya. Sekali lagi, kita ada di duni dan menjalani kehidupan, karena Allah yang menciptakan kita. Karena itu yang paling besar dan utama dalam hidup manusia adalah Allah SWT.
Bismillahir rahmanir rahiem- Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kita menjalani hidup di dalam kandungan ibu. Sungguh menakjubkan . Kita bisa hidup selama beberapa bulan lamanya, hingga akhirnya kita dilahirkan ke dunia? Dia-lah Allah Sang Pemilik Rahmat dan Dia-lah yang memberikan Rahmat. Karena Dia-lah yang pengasih dan Penyayang.
Karena kasih-sayang yang dilimpahkan ke dalam hati ibu tidak merasakan masa-masa kehamilan sebagai sebuah derita, justru berupaya agar ia merasa senang dan bahagia, lalu selalu berupaya agar bayi dalam kandungannya sehat dan kelak lahir dengan selamat. Dari manakah perasaan damai, senang dan bahagia itu? Karena limpahan Rahmat Allah kedalam diri sang ibu. Dia-lah Allah, yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta. Kit merenungi perjalanan hidup kita, sejak mula-mula hadir di dunia ini, kita adalah bayi mungil yang hanya bisa berbuat apa-apa kecuali dengan bantuan orang tua. Allah yang memelihara kita, sehingga dari bayi menjadi anak-anak, selanjutnya menjadi remaja, dewasa dan seterusnya.
Alhamdulillaahi Rabbil ‘alamien- Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta. Ketika kita mula-mula berada di dunia ini, dalam keadaan telanjang, tidak membawa dan tidak memiliki sedikit materi apapun. Dan Allah-lah yang menganugerahi nikamat materi kepada kita. Pertama-tama, dengan perantaraan kedua orang tua, kita mendapatkan makanan dan minuman untuk menghilangkan lapar dan haus, kita mendapatkan pakaian untuk membungkus badan kita.
Dan nikmat Allah terus menyertai diri dan kehidupan kita, lalu memenuhi segala kebutuhan kita. Tatkala kita telah mampu berusaha mendapatkan rezeki, kitapun bekerja dengan menggunakan kekuatan tubuh yang diberikan Allah pada kita, dengan kemampuan pikiran yang Allah anugerahkan pada kita, dengan ilmu yang Allahberikan. Selanjutnya Allah memudahkan segala urusan, Dia melindungi diri kita dari berbagai penyakit, dan jika kita sakit Dia menyembuhkan sakit itu.
Allah SWt membukan berbagai pintu rezeki untuk kita, sebab Allah-lah yang memuaskan dan menyempitkan rezeki hamba. Kini kita punya uang untuk membeli makanan, pakaian, dan kendaraan. Kita membangun rumah untuk tempat berteduh. Sebagai suami, menafkahi istri, dan sebagai orang tua menafkahi kehidupan anak-anak. Demikan seterusnya, kehidupan berjalan bertanun-tanun berpuluh-puluh tahun, dengan nikmat Allah yang terus menyertai dan meliputi diri dan kehidupan. Alhamdulillaahi Rabbil ‘alamien.
Yang menulis gambaran diatas hanyalah sekelumit dari makna-makna yang tersirat yang seharusnya kita pahami dari bacaan dan gerakan shalat kita. Sesungguhnay begitu banyak makna tersirat yang terkandung dalam shlat, sejak awal hinggal akhir shalat.
Kemudian hendaklah pemahaman itu meningkat menjadi sebuah kesabaran di dalam diri kita sebagai mahluk dan hamba Allah. Lalu kesadaran di dalam diri kita sebagai hamba Allah. Lalu kesadaran tersebut membuat kita selalu merasa dekat dan semakin dekat dengan Allah. SWT, baik ketika sedang beribadah, seperti shalat, sedang puasa, umroh, haji, dan lain-lain, maupun di luar ibadah.
Jika demikain, maka setiap kita mengingat Allah, ketika melakukan ibadahmaupun diluar ibadah, kita akan merasakan nikmatnya membaca Al-Qur’an, nikmatnya haji dan umroh, niknatnya sedekah, dan sebagainya. Dan khususnya di Baitullah, kita akan meraih nikmatnya ibadah shalat.
UMROH MURAH
PERJALANAN UMROH
DOA UMROH
MANASIK UMROH
IBADAH UMROH
TRAVEL JAKARTA
HARGA PAKET UMROH
TATA CARA UMROH
TRAVEL UMROH BANDUNG
PAKET UMROH
BIAYA UMROH
PAKET UMROH MURAH
HARGA PAKET UMROH
TRAVEL UMROH
PAKET UMROH 2014
UMROH 2014
UMROH MURAH 2014
BIAYA UMROH 2014
UMROH 2014 MURAH
KA’BAH: BAITUL HARAM atau BAITULLAH???
ReplyDeleteSaya kira penggunaan istilah atau nama BAITULLAH (Rumah Allah) itu terlalu berat, selain di dalam Al Quran tidak termuat dengan tegas juga bisa menimbulkan penafsiran yang kaku. Seperti kita ketahui istilah atau nama yang tepat menurut Al Quran yang utama ialah KA’BAH tapi ada sebutan lainnya seperti BAITUL HARAM (Rumah Suci) yang termuat pada QS. 5:2, 97 dan 14:37. Ada juga disebut BAITUL THAIFIN (Rumah bagi Orang-orang yang Tawaf) termuat pada QS. 2:125, 22:26. Isitilah lainnya ialah BAITUL MA’MUR termuat pada QS. 52:4) dibandingkan kita menggunakan istilah BAITULLAH (RUMAH ALLAH) coba lihat:
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun (KA’BAH) untuk (menjadi kiblat dan tempat beribadat umat) manusia di BAKKAH (MAKKAH) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (QS. 3:96);
Allah telah menjadikan KA’BAH, BAITUL HARAM (Rumah Suci) itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula pada) bulan Haram, had-ya, qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 5:97)
Istimewanya tempatnya Ka’bah atau Baitul Haram pun jelas atau konkrit tempatnya yakni di dalam areal MASJIDIL HARAM sebagai mana ditegas sbb.:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi BAITUL HARAM (Rumah Suci) sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari MASJIDIL HARAM, (sehingga) mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (QS. 5:2);
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke KA’BAH atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa. (QS. 5:95).
Dengan dalih di atas maka semakin mantap keyakinan kita akan kebenaran dan pengabulan Doa Nabi Ibrahim As. oleh Allah Ta’ala sbb.:
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitul Haram) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka (mampu) mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur (QS. 14:37).