Di manapun kita berada, kondisi badan dan jiwa sehat itu nikmat. Apapun bisa dilakukan tanpa menemui kesulitan apabila kedua hal itu yaitu sehat jasmani dan sehat rohani. Kesehatan rohani, yaitu masalah hati sudah dibahas di muka. Sedangkan masalah persiapan kesehatan fisik, meskipun kelihatan sepele dan masing-masing kita biasanya merasa sudah tahu, perlu diperhatikan secara saksama. Sebab, begitu kita sakit di Tanah Suci, tidak kita saja yang rugi tapi juga orang lain yang merawat diri kita pun merasa terganggu ibadahmya.
Kita semua tahu pelaksanaan ibadah haji sarat dengan berbagai rangkaian ibadah fisik, yang dilakukan dalam waktu yang relatif pendek, serta berada dalam suasana banyak manusia dan kondisi cuaca yang sangat berat yang dirasakan setiap jamaah. Karena itu peranan kesehatan tidak cukup dengan memercayakan penjagaan kesehatan tersebut kepada petugas kesehatan haji seperti dokter. Padahal dokter di sana menangani satu klotrr atau sekitar 450 orang, sehingga sudah pasti dia akan kerepotan menangani jamaah yang sakit. Apabila kita sehat ataupun sakit tapi bisa menanganinya sendiri, hal itu akan sangat membantu jamaah lain.
Oleh karena itu yang paling penting adalah setiap orang harus mampu menjaga dan memelihara kesehatan dirinya. Bagi jamaah haji, selain menjaga kesehatan diri perlu mengetahui filsofi tentang kesehatan itu sendiri dan bagaimana islam memandang kesehatan.
Pertama kali kita harus menyakini bahwa kesehatan merupakan nikmat hidup yang harus disyukuri. Kadang kita baru merasakan nikmatnya sehat ketika kita sakit. Saat sehat seringkali kita lupa bahwa kesehatannya itu merupakan anugrah yang sungguh luar biasa dari Allah. Malah kita menyia-nyiakannya dengan bermalas-malasan atau bahkan melakukan kemaksiatan. Pada saat sakit hinggap di diri kita, rasanya ingin melakukan ini dan itu seperti ketika sehat, padahal badan masih terkulai di tempat tidur. Oleh karena itu, selagi sehat, marilah kita bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya itu dengan cara mengerjakan amal ibadah secara sungguh-sungguh.
Umat Islam harus memelihara dan menjaga kesehatan serta memanfaatkan waktu sehatnya untuk mlakukan hal-hal yang baik. Ini adalah bentuk tanggung jawab serta rasa syukur kita kepada Allah. Kesehatan tersebut idak dipakai untuk maksiat atau melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat.
Dan apabila sudah berusaha untuk menjaga kesehatan tapi Allah menguji kita dengan penyakit, maka kita harus yakin bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Orang Islam tidak boleh berputus asa ketika menderita suatu penyakit. Sebab, hanya orang kafirlah yang patut berputus asa dari rahmat Allah. Apalagi meminta kepada Allah agar nyawanya dicabut saja. Berdoa agar cepat mati tidak diperkenankan dalam ajaran Islam.
Setiap sakit biasanya tidak terlepas dari perilaku dan perbuatan manusia. Saat sakit adalah masa yang paling tepat bagi kita untuk mengintropeksi diri. ketika badan terbaring di tempat tidur, cobalah mengingat-ingat adakah kelakuan kita yang membuat Allah murka sehingga Allah memberikan penyakit kepada kita. Dengan demikian, kita akan mudah mendeteksi sumber penyakit dengan memperbaiki perilaku atau perbuatan kita. Apabila kita telah melakukan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya berarti penyakit yang ditimpahkan kepada kita termasuk ujian untuk menghafus dosa atau menaikan drajat kita dimata Allah.
Hidup itu anugrah Allah yang harus dijaga dan dipelihara. Seseorang tidak boleh menghilangkan hidupnya sendiri, begitu pula menghilangkan hak hibup orang lain. Dalam Islam juga Agama lain, bunuh diri sangat dilarang. Ketika rasa sakit demikian menyengat, doa yang patut dipanjatkan kepada Allah adalah, “Ya Allah, andaikan hidupku lebih baik menurut-Mu maka panjangkanlah umurku dan angkatlah penyakitku. Namun jika hidupnya kelak tidak baik menurut-Mu matikanlah aku sekarang” jadi sekali lagi jangan bunuh diri dan berdoa minta mati.
Orang Islam dilarang melakukan sesuatu yang dapat merugikan danmerusak diri (fisik atau mental). Allah berfirman agar kita tidak menjatuhkan diri dalam kebiasaan (walaa tulquu aidiikkum walattahlukah). Oleh karena itu segala perbuatan termasuk konsumsi makanan dan minuman tidak boleh yang membawa manusia menuju kepada kerusakan diri serta minum-minuman beralkohol, makan daging babi, atau merokok. Juga bagi mereka yang menghidap penyakit tertentu yang oleh doktet makanannya sudah habis dibatasi, jangan sampai melanggar larangan tersebut. Intinya menjaga diri dan tidak memerosokan diri secara sengaja sehingga menjadi sakit.
Untuk itu Islam telah mengatur bagaimana menjaga kesehatan. Cara-cara yang dianjurkan antara lain :
- Hidup selalu bersih dan dgembar mewujudkan kesucian dan kebersihan,
- Makan yang halal dan baik serta tidak berlebih-lebihan,
- Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat membahayakan tubuh dan mental,
- Menjauhkan ddiri dari kemungkinan wabah penyakit menular,
- Membersihkan diri dari penyakit ruhaniyah seperi sombaong, buruk sangka, dll
Kemudian seorang muslim harus berusaha berobat apabila sudah terkena penyakit. Ia juga harus menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang terlarang seperti: zina, liwath (homoseks), dan perbuatan fahisyah lainnya yang semuanya itu pasti akan mengarah pada penyakit. Di samping itu, tidak lupa kita harus banyak berdoa agar dianugrahi kesehatan dan kesembuhan serta pasrah dengan cara taqarrub kepada Allah swt., melalui ibadah seperti puasadan shalat malam. Dan tidak kalah penting adalam mengikuti nasihat-nasihat dari orang-orang yang ahli dibidang kesehatan, seperti Dokter.
Apabila kita berobat maka harus didasari dengan ikhlas sebagai ibadah kepada Allas swt., untuk menyembuhkannya. Tentu tidak boleh berobat kepada yang bukan ahlinya. Jangan aneh-aneh, seperti datang kepada paranormal, yang tidak mempunyai ilmu apalagi berobat dengan cara yang haram atau menggunakan obat yang terdiri dari barang haram. Islam juga melarang berobat dengan menggunakan mantra yang tidak jelas maknanya. Sementara metode ruqiyah dengan ayat-ayat Allah sudah diajarkan oleh rasulullah saw., juga tidak boleh berobat dengan cara-cara yang mengarah kepada syirik, menyekutukan Allah swt., termasuk di dalamnya tidak boleh berobat dengan menggunakan benda-benda azimat.
Kita mesti yakin bahwa yang menyembuhkan penyakit pada hakikatnya adalah Allah swt., bukan dokter, bukan obat. Mereka hanyalah perantara yang di berikan kekuasaan oleh Allah untuk menyembuhkan penyakit manusia. Tidak jarang ada orang-orang yang tanpa berobat penyakitnya sembuh sendiri berkat kekuasaan Allah. Untuk itu, saat-saat berobat seyogyanya disertai dengan berdoa kepada Allah swt.
Adapun doa untuk masalah kesehatan ini banyak macamnya. Berikut salah satu tuntunannya :
a. Sebelum berdoa sebaiknya melakukan pendekatan kepada Allah swt., dengan jalan membaca amdalah atau memanggil-Nya dengan Ismul A’zham, seperti:
Ya rahman Ya Rahiim (wahai yang maha kasih sayang)
Ya Aliyyu Ya kariim (Wahay Dzat yang Mahaagung lagi Mahamulya)
Ya Hayyu Ya Koyuum (Wahai Dzat Yang Mahahidup dan Mahaperkasa)
b. Doa agar dianugrahi badan yang selalu fit dan sehat.
“Ya Allah sembuhkan atau sehatkanlah badanku, sehatkanlah pandanganku, sehatkanlah penglihatanku, dan berlindung kepada-Mu dati bahaya kufur dan fakir.”
c. Mendoakan orang yang sedang menderita rasa sakit atau nyeri:
“Ya Allah Tuhan Segenap manusia, sembuhkanlah dia, Engkau Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan yang tidak melahirkan rasa sakit”
“Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang aku peroleh dan yang aku ketahui.’
d. Mendoakan orang yang telah wafat.
“Ya Allah maafkanlah dia, rahmati dan sayangilah dia, sejahtrakan dia dan ampunilah dosanya..”
Mengingat di tanah Suci nantitidak sedikit jamaah yang menderita sakit bahkan ada yang meninggal dunia maka perlu juga kita memahami ajaran Islam dalam mengunjungi dan menghadapi orang yang sakit maupun meninggal. Ketika mengunjungi orang yang sakit kita harus menolongnya apabila memerlukan pertolongan. Tak lupa si sakit harus diberi dorongan supaya dapat sabar dan pasrah serta siap untuk berobat. Pendek kata, dorongan untuk sembuh (semangat hidup) harus timbul dari dirinya untuk mau dan betul-betul ingin sembuh. Ketika berkunjung jangan sampai memberikan benan kepada yang sakit atau keluarganya, baik bebean moril maupun beban materi.
Kepada orang yang sakit yang kita unjungi jangan lupa mendoakannya supaya diberikan kesembuhan. Apabila yang bersangkutan sudah menjelang sakaratul maut, kita wajib membimbingnya (men-talkin) untuk mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah”,
Apabila jiwanya sudah tidak tertolong lagi, yang harus kita lakukan adalah menutup badannya dengan kain dan lain-lain. Lalu menutupkan mata dan mulutnya apabila terbuka, menaruh tangannya di dadanya seperti ketika sedang shalat, mengarahkan letaknya kearah kiblat. Seperti kewajiban fardhu kifayah lainnya dalam hal mengurus jenazah.
Jangan lupa memberitaukan wafatnya kepada family atu keluarganya. Bagi keluarga atu sanak family boleh menangis ketika ditinggal wafat oleh seseorang, tetapi tidak boleh merratap seperti mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, memecahkan benda-benda, memukul-mukul sesuatu, merobek-robek baju dan lain-lain.
Ketika menghadapi saudara kita yang meninggal, hendaklah kematian tersebut menjadi nasihat buat kita yang masih hidup, kita semua akan mati dan suatu saat akan menyusul saudara kita terdebut. Kemudian kita menyadari akan nikmat kematian. Kematian sebagai akhir masa tugas dan awal kehidupan akhirat untuk memperoleh hasil amal sewaktu di dunia. Kematian sebagai rahasia Ilahi, dan sebagai sesuatu yang pasti terjadi,. Orang Islam tidak boleh takut mati, tidak boleh minta mati, dan tidak boleh lupa mati dan harus mempersiapkan diri dengan bakal amal untuk menghadapi mati.
Sementara itu bagi jamaah yang sehat sudah sepantasnya untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya secara promotif. Yang pertama secara fisik, karena kegiatan haji di tanah suci melakukan kegiatan fisik terutama aktivitas jalan kaki, seperti saat melakukan thawaf, jumrah, maka calon jamaah harus sudah terbiasa melatih fisik dan mengadakan adaptasi (penyesuaian) terdadap suhu panas, kering, dimana minimal 1 (satu) bulan sebelum berangkat. Caranya dengan latihan berjalan kaki setiap hari minimal 3 km, lebih bajk lagih pada saat udara panas, dilakukan secara bertahap. Kemudian melakukan olahraga kebugaran jasmani, senam kesegaran jasmani kalo perlu senam pernapasan, dan lain-lain. Yang mempunyai penyakit tertentu, untuk kgiatan olah ragany sebaiknya minta peyunuk dokter/ahli kesehatan.
Selain latihan fisik, asupan makanan pun perlu di jaga dan di pelihara agar mendapaykan gizi yang seimbang. Caranya yaitu wakyu makan teratur dengan porsi yang cukup, nilai gizi harus mengandung cukup kalori, protein dan pitamin; karbohidrat (zat tenaga); nasi, kentang, terigu; protein (zat pembangun); ikan, daging, tahu dan tempe,; vitamin (zat pengatur): buah-buahan, sayuran. Lalu hindari kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman yang merangsang lambung seperti asam dan pedas.
Setelah fisik terbina, yang penting di lakukan lagi adalah membina mental (rohani). Pembinaan mental ini meliputi kegiatan membulatkan niat ibadah, belajar sabar, menehan emosi, menjauhi pertengkaran batin, melepaskan persoalan sehari-hari yang kompleks, perilaku yang disiplin untuk kegiatan, shalat, tidur, makan, olah raga, kerja dan sebagainya.
Sementara itu terhadap penyakit maka perlu di lakukan dua hal, yaitu preventif (pencegahan) agar tidak terkena penyakit. Kedua, jika memang allah menakdirkan kita mendapaykan penyakit maka dilakukan tindakan kuratif (pengobatan). Pencegahan oenyakit sebelum kita pegi kegi ke tanah suci biasanya di lakukan di saat tes kesehatan kedua, salah satunya dengan imunisasi terhadap meningitis (radang selaput otak). Selain itu, jamaah haji mendapatkan pembinaan dan pemantauan kondisi fisi melalui check up kesehatan, untuk mengetahui kondisi kesehatan, pengobatan teratur (bila sakit lama) sampai sembuh atau keadaan setabil dapat terkandali/terkontrol oleh obat atau diet.
Sedangkan tindakan kuratif di tunjukan bagi jamaah haji yang sedang menderita penyakit tertentu atau diketemukan penyakit pemeriksaan awal.
Misalkan pengobatan penyakit : bronkhitis, kencing manis/diabetes melliyus, maang(perih lambung) dan lain-lain \. Pengobatan secara teratur dan terus di kontrol sampai sembuh opyimal, sehingga di harapkan penyakitnya tidak mengganggu kegiatan ibadah haji.
Kepada mereka yang menderita penyakit yang sudah dideteksi sejak awal akan di bekali obat-obatan yang sudah cocok/sesuai dengan penyakit yang di derita untuk persediaan selama berada berada dalam perjalanan ibadah haji dan dengan membawa copy resepnya.
sumber : Antar Aku ke Tanah Suci karya miftah faridl
0 komentar:
Post a Comment