Antara Perempuan dan Shoping - Mendengar kata itu “shoping”, mungkin mata para wanita langsung cerah dan berbinar-binar. Tiba-tiba bersemangat dan punya energi lebih dari biasanya. Maka tak heran, kegiatan ini identik dengan para wanita—karena umumnya para wanitalah yang paling getol melakukannya. Malah, menurut survey OnePoll, wanita menghabiskan total waktu hingga tiga tahun dalam seumur hidupnya untuk berbelanja.
Dari survey pula diketahui bahwa wanita meluangkan waktu yang sama untuk belanja makanan dan pakaian. Selama satu tahun, wanita pergi ke toko yang menjual kebutuhan sehari-hari sebanyak 84 kali, dan belanja hingga 94 jam lebih. Mereka menghabiskan 100 jam lebih untuk belanja di toko baju. Itu tidak termasuk belanja sepatu, asesoris, dan windows shopping. Untuk itu, mereka hanya menghabiskan 25 jam lebih saja—atau sekitar satu hari lebih.
Total perjalanan yang dilakukan untuk berbelanja untuk penampilan pun fantastis, yakni 90 kali perjalanan. Detilnya, 30 kali untuk baju, 15 kali untuk sepatu, 18 kali untuk perhiasan, dan 27 kali untuk kebutuhan kamar mandi.
Lalu, muncullah pertanyaan itu: kenapa wanita suka sekali berbelanja?
Dari sebuah riset yang dilakukan, “hormon belanja” dipicu oleh periode bulanan perempuan. Beberapa psikolog mengatakan bahwa belanja adalah cara wanita mengatasi emosi negative dari hormon premenstruasi. Riset ini dikerjakan oleh Professor Karen Pine, yang mana pernah dilansir BBC. Prof. Pine sendiri adalah seorang dosen dari British Psychological Society.
Lebih lanjut mengenai riset, Pine meneliti sekitar 443 perempuan, dengan rentang usia 18 – 50 tahun guna meneliti perilaku belanja mereka. Dari riset inilah terungkap bahwa sepertiga dari jumlah peserta riset mengaku berbelanja secara impulsive. Lebih dari setengahnya bahkan menghabiskan 25 poundsterling atau sekitar Rp 500 ribu. Ada pula yang berbelanja sampai 250 poundsterling atau Rp 5 juta. Uniknya, sebagian besar wanita itu menyesal. Dorongan berbelanja itu amat besar dan sukar dikontrol.
“Kegiatan berbelanja ini seringkali hasil dari emosi yang intens. Perempuan merasa stres dan depresi, sehingga mereka memilih belanja untuk menghibur diri. Belanja digunakan sebagai media untuk mengatur emosi mereka,” kata Prof. Pine.
Adakah motivasi lain wanita berbelanja?
Karena mereka berbelanja karena faktor kesuburan, berbelanja pun ada hubungannya dengan upaya mempercantik diri. Biasanya terjadi 14 hari sebelum periode menstruasi. Dalam kesempatan berbelanja ini, wanita menukarkan uang mereka untuk kosmetik, sepatu hak tinggi, perhiasan-perhiasan. Wanita melakukannya karena ingin membuat kesan di masa-masa subur ini. Itu mungkin sebabnya mereka “lepas kendali”.
“Jika mengkhawatirkan hal ini,” saran Prof. Pine, “jangan berbelanja pada saat mencapai fase luteal.” [diolah dari banyak sumber]
0 komentar:
Post a Comment