Jawaban Apa yang Akan Anda Berikan Saat Wawancara Kerja ? Dalam sebuah wawancara kerja, apa yang paling sering pelamar kerja persiapkan? Jawaban. Tentu saja tidak salah, akan tetapi tahukah Anda bahwa kata-kata bukan segalanya?
Ini cukup mencengangkan, akan tetapi statement itu bukan berasal dari sembarang pernyataan. Akan tetapi telah terlebih dahulu melalui riset. Adalah Albert Mehrabian, seorang psikolog Amerika, yang melakukannya. Apa persisnya temuan Mehrabian?
Menurut penelitiannya, di antara tiga komponen komunikasi yang penting, yakni: kata, nada bicara, dan bahasa tubuh (postur, ekspresi, dan sikap), berdasarkan risetnya, masing-masing, ternyata memiliki prosentase pengaruh yang kontras: 10 persen, 40 persen, dan 50 persen.
Tak disangka, demikian jauh penilaian antara kata dibanding nada bicara dan postur tubuh. Ya, siapa yang mengira kalau bahasa tubuh punya efek paling besar dari kata-kata yang kita ucapkan? Ini sedikit menjelaskan kenapa sambutan-sambutan acara formal atau pidato-pidato kenegaraan sangat membosankan untuk didengar—dan sering tidak punya pengaruh. Ini disebabkan para pembicara di kesempatan-kesempatan tersebut tidak menggarap nada bicara dan bahasa tubuh mereka dengan baik.
Lagipula, sudah saatnya kita menyadari: pikiran dan tindakan manusia kerap didasarkan pada perasaan dan kesannya, bukan logika. Ingat kembali kasus penjualan mobil Jetta dan Ford. Menurut Ippho Santosa, dalam bukunya Hot Branding, Jetta secara fakta kualitas ada di atas Ford. Bahkan Jetta ada di peringkat pertama. Akan tetapi, secara kesan kualitas, Jetta dapat dikalahkan dan menjadi Ford, yang sebenarnya ada di peringkat 13 secara fakta kualitas, menduduki tempat pertama dalam penjualan.
Dengan kata lain, kesempatan untuk diterima kerja karena perasaan dan kesan yang baik jauh lebih besar daripada hitung-hitungan matematika. Betapa banyak orang yang dipekerjakan karena integritasnya, bukan karena ijazah-ijazahnya? Betapa banyak orang yang dipercaya memegang suatu amanah karena kecakapannya, bukan karena nilai-nilai akademisnya. Jadi, mulailah melatih nada bicara dan bahasa tubuh kita.
Apa saja yang bisa dilakukan?
Jangan ragu membuat kontak mata yang intens dengan pewawancara. Yang dimaksud bukanlah melotot, tapi memerhatikan dan berikan pandangan keyakinan diri. Jangan menunduk. Pelamar yang menghindari kontak mata dapat dianggap sebagai pribadi yang minder, tidak punya kesungguhan dalam berbicara, dan tidak terlalu ingin dipercaya kata-katanya.
Selain itu, jangan melipat tanganmu di depan dada. Biarkan tangan kamu bebas, sehingga bisa bergerak ketika kamu ingin menjawab atau menjelaskan sesuatu. Berikan pula senyummu yang paling tulus. Perlihatkan kehangatan, bukan kekakuan. Namun, jangan pula terlalu santai. Tetap tunjukkan keprofesionalan, jangan pula terpancing untuk berbahasa prokem, meskipun pewawancara terlihat mempersilakan Anda mengucapkannya. Kadang mereka melakukannya dengan sengaja, untuk memancing reaksi Anda dan kemudian menilai apa Anda layak diterima atau tidak. [diolah dari beberapa sumber]
0 komentar:
Post a Comment